Rabu, 27 Desember 2023

Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

 Titi Indah Larasati

Pahlawan Pendidikan Indonesia

Pendidikan yang kita rasakan saat ini, tidak dengan mudah bisa kita dapatkan. Apabila melihat jauh ke belakang, dapat diketahui bahwa pendidikan yang saat ini dapat dengan nyaman dinikmati didapatkan dengan penuh perjuangan. Pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan diawali pada masa penjajahan Portugis di Indonesia saat itu pendidikan dilaksanakan dengan semangat penyebaran agama oleh misionaris. (Makmur, Haryono, & Sukri Musa, 1993). Selanjutnya pada abad ke-19, Belanda mengadakan pendidikan di Indonesia (Hindia Belanda) akan tetapi terbatas untuk kepentingan pribadi kolonial dan materi pengajaran yang diberikan juga sebatas baca, tulis dan hitung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan yang ditawarkan hanya berfokus pada aspek akademis atau kognitif.

Keterbatasan pendidikan Indonesia pada akhirnya tidak mematikan semangat para pejuang Indonesia termasuk pejuang pendidikan Indonesia. Banyak tokoh pendidikan lahir ditengah keterbatasan pendidikan pada masa kolonial kemudian mulai membangkitkan semangat belajar masyarakat seperti Soetomo pendiri Boedi Oetomo, Suwardi Suryaningrat atau biasa dikenal Ki Hadjar Dewantara pendiri Taman Siswa, K.H Ahamad Dahlan pendiri Muhammadiyah, R.A Kartini pendiri sekolah perempuan.

Ki Hadjar Dewantara menjadi salah satu tokoh yang memiliki peranan penting dalam perjalanan pendidikan Nasional. Pemikiran mengenai pendidikan tertuang pada “Taman Siswa” yang didirikan pada tahun 1922 di Yogyakarta. Konsep pendidikan yang ditawarkan adalah pendidikan inklusi dan dapat mengakomodasi seluruh lapisan masyarakat. Lewat Taman Siswa juga Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan konsep among dan menempatkan anak-anak sebagai sentral dalam proses pendidikan. Guru sebagai among siswa hendaknya mumpu menjadi contoh yang baik, mampu menumbuh kembangkan minat anak serta memberikan dukungan pada peserta didik.

Perjalanan Pendidikan Nasional yang panjang dan tidak mudah menjadi salah satu alasan saya sebagai calon guru melakukan refleksi pada diri. Pertama, menjadi guru sama halnya menjadi penerus perjuangan para pejuang pendidikan nasional. Kedua, profesi guru adalah profesi mulia yang menjadi peluang amal bagi saya dalam menebarkan kebaikan dan kebermanfaatan. Ketiga, dari konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara saya belajar bahwa menjadi guru tidak hanya melakukan transfer knowledge, ada proses menumbuhkan dan membersamai peserta didik hingga mereka dapat merasakan pendidikan yang merdeka dan menyenangkan. Kempat, sebagai guru kelak saya harus terus bertumbuh bersama peserta didik agar dapat pendidikan yang saya sampaikan dapat sesuai dengan konteks zaman.

 

Referensi

Makmur, D., Haryono, P. S., & Sukri Musa, H. S. (1993). Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan. Jakarta: CV. Manggala Bhakti.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar