Senin, 20 November 2017

Perang Yom Kippur : Peristiwa Berdarah dibulan Suci

Perang Yom Kippur : Peristiwa Berdarah dibulan Suci
   

            Menjelang berakhirnya abad ke-20, dunia digemparkan oleh suatu  peristiwa berdarah yang melibatkan beberapa negara untuk memperebutkan wilayah yang dianggap strategis, wilayah itu adalah Dataran Tinggi Golan. Dataran Tinggi Goldan terletak di kawasan Gunung Hermon, kawasan tersebut merupakan suatu kawasan yang terletak pada titik dipertemukan nya tiga Negara yaitu Israel, Suriah dan Libanon. Dengan posisi dataran tinggi Golan yang tepat berada di titik perbatasan 3 negara tersebut, Suriah sangat beruntung jika dapat merebut kembali Dataran Tinggi Golan dari Israel dikarenakan Dataran Tinggi Golan merupakan wilayah berbukitbukit yang lembahnya menghadap ke Israel dan memiliki puncak menghadap ke Libanon.[1] Letak Dataran Tinggi Goldan yang strategis memberikan kontribusi yang signifikan terhadap strategi militer Suriah dalam memperhatankan diri dan melakukan perlawanan terhadap negara Israel.

A.    Perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur merupakan perang yang melibatkan Negara Arab yang dipimpin Mesir dan Suriah melawan Israel tepat pada saat hari suci umat Yahudi. Yom Kippur adalah hari suci umat Yahudi, hari libur besar masyarakat Israel.[2] Yom Kippur merupakan hari pengampunan dosa umat Yahudi, pada hari tersebut masyarakat yahudi pergi ke Synagoge[3] untuk beribadah. Perayaan Yom Kippur tahun 1973, dimanfaatkan oleh Mesir dan Suriah untuk menyerang Israel untuk merbut kembali Semenanjung Sinai dan Dataran Tinggi Golan. Perang ini berlangsung tanggal 6-26 oktober 1973. Perang yang berlangsung selama dua puluh hari ini memiliki nama yang berbeda dimasing-masing negara yang terlibat peperangan tersebut.
      Mesir menamakan perang tersebut sebagai perang Ramadhan, karena perang tersebut terjadi bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Operasi tersebut nampaknya memang menanamkan dimensi agama dalam perang itu dengan menamakan pasukan Mesir sebagai Operasi Shalahuddin.[4] Hal tersebut dilakukan untuk mengingatkan tentara Mesir pada pemimpin Perang bangsa Arab Shalahuddin yang menghancurkan tentara Eropa saat Perang Salib.
      Syria menamakan Perang ini dengan nama Perang Badr karena terjadi pada saat bulan purnama.[5] Walaupun memiliki sebutan yang berbeda-beda, perang ini lebih dikenal dengan perang Yom Kippur karena perang ini  adalah perang yang sangat berarti baik dari pihak Arab maupun Israel.

B.     Faktor terjadinya perang Yom Kippur           
Perang Yom Kippur adalah perang yang sangat berkesan khususnya bagi negara-negara yang terlibat dalam perang itu. Perang ini terjadi bukan tanpa alasan, ada faktor-faktor yang mendorong terjadiya perang tersebut. Namun, faktor yang mendasari terjadi perang tersebut adalah keinnginan Mesir untuk membalas kekalahannya saat Perang Enam Hari (Six Day-War 1967)   dan keinginan Suriah mengambil kembali Dataran Tinggi Golan yang direbut oleh Israel saat Perang Enam Hari pula.
Kekalahan bangsa Arab saat berhapan dengan Israel pada Perang Enam Hari ternayata meninggalkan kesan dan luka yang mendalam. Namun, bangsa Arab tidak terus menerus terpuruk dalam kesedihan. Terdapat hikmah dari kekalahan tersebut, karena kekalahan bangsa Arab pada Perang Enam Hari membuat persatuan bangsa Arab semakin erat.

C.    Jalannya Perang
Tanggal 6 Oktober 1973, Mesir & Suriah melakukan serangan mendadak secara serentak ke wilayah perbatasan Israel.[6] Dalam Minggu pertama peperangan, Israel mengalami banyak kekgagalan dalam melaksanakan serangan balik, keadaannya tentaranya pun semakin memburuk setiap harinya.
Persiapan Mesir dalam perang Yom Kippur ini dapat dikatakan cukup matang dalam penyerangan awal. Mesir telah merencanakan serangan jarak dekat dua hari sebelum perang Yom Kippur. Rencana ini sebenarnya sudah tercium oleh Mossad, Badan Intelijen Israel. Sayangnya himbauan Mossad tidak dipertimbangkan lebih lanjut oleh para petinggi Israel.[7] Para petinggi Israel itu terkecoh dengan pemberitaan bahwa Mesir tidak akan dapat mengalahkan Israel.
Penggunaan embargo minyak sebagai sebuah senjata pollitik oleh negara-negara  Arab -suatu aksi  bersama pertama dalam hal itu- megubah konflik regional menjadi sebuah konflik. global yang melibatkan seluruh Eropa Barat dan Jepang maupun Amerika Serikat.[8] Penggunaan embargo minyak tersebut menyebabkan krisis energy, harga minyak pun melambung tinggi. Hal ini tentu membuat resah negara-negara Industri pada saat itu.
Dalam perang ini sangat banyak kerugian yang dirasakan oleh negar-negara yang terlibat. Secara total ada 2.688 tentara Israel yang tewas dan kurang lebih 7.000 orang cedera, 314 tentara Israel dijadikan tawanan perang dan puluhan tentara Israel hilang (17 di antaranya bahkan sampai tahun 2003 belum ditemukan). Tentara Israel kehilangan 102 pesawat tempur dan kurang lebih 800 tank. Di sisi Mesir dan Suriah 35.000 tentara tewas dan lebih dari 15.000 cedera. 8300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135.

D.    Dampak Perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur pada akhirnya dimenangkan oleh Israel. Namun demikian, dunia tetap melihat Mesir sebagai pemenang perang Yom Kippur. Hal tersebut dikarenakan Israel dianggap telah terperdaya oleh kemenangannya sebelumnya sehingga tidak dapat menahan serangangan Mesir dan Suriah.
Berakhirnya perang Yom Kippur ditandai dengan adanya Resolusi Dewan Keamanan PBB No.338 mengenai gencatan senjata.[9] Pertama, menghimbau kepada semua pihak yang sekarang sedang berperang untuk menghentikan kegiatan tembak-menembak dan segera mengakhiri semua kegiatan militer, tidak melewati batas waktu 12 jam setelah disahkannya keputusan ini di tempat-tempat yang mereka duduki sekarang. Kedua, menghimbau kepada pihak-pihak yang terlibat untuk menghentikan tembak menembak segera setelah dilaksanakannya Resolusi Dewan Keamanan Nomer 242 (pada Perang Enam Hari) tentang gencatan senjata dan semua bagiannya. Ketiga, memutuskan bahwa, segera dan beramaan dengan gencatan senjata, negosiasi-negosiasi akan segera dimulai antara pihak-pihak yang terkait dengan perlindungan yang tepat untuk menegakkan perdamaian yang adail dan abadi di Timur Tengah.[10]
Keberhsilan serangan yang dilakukan oleh Mesir ini membuat nama Anwar Sadat sebagai pengagas perang Yom Kippur melambung. Pasalnya, keberhasilan dalam perang Yom Kippur membuat dunia bersimpati terhadap negara-negara Arab khusus masyarakat Mesir dan Suriah.
Prestasi tersebut merupakan kemenangan psikologis bagi dunia Arab yang hampir kehilangan kepercayaan diri pada Perang Enam Hari.[11]  Dunia Arab berhasil membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dilakukan, termasuk mengalahkan  Israel. Persaan senang karena kemenangan ini  tentunya merupakan hasil dari usaha Mesir dan Suriah dalam Perang Yom Kippur.
Walaupun kalah dalam segi militer, namun prestise Mesir di dunia Arab mulai berubah. Opini msyarakat dunia mulai beralih menjadi pro-Mesir dan simpati PBB pada Israel mulai memudar.[12] Mesir dan dunia semakin gencar melakukan perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme termasuk melawan Israel. Namun, perjuangan-perjuanan fisik melawan Israel mengahbiskan banyak waktu, biaya dan tenaga serta menimbulkan kesengasaraan untuk negara-negara peperangan. Sehingga Anwar Sadat menghubungi Amerika untuk mengambil jalan damai dalam penelesaian permasalahan ini. 

E.     Pesan Moral dari perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur adalah perang yang Istimewa. Peristiwa berdarah di bulan suci, mengapa demikian? tentu saja karena perang tersebut terjadi di bulan suci. Hari Yom Kippur(penghapusan dosa) ,hari orang zionis untuk beribadah. Sekaligus bulan suci Ramadhan untuk umat Islam, bulan yang selalu dinantikan, bulan yang penuh rahmat untuk umat Islam.
      Banyak pesan moral serta pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa ini. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Israel terlalu terbuai oleh kemenangannya dimasa lalu sehingga menimbulkan rasa tinggi hati atau meremehkan negara-negara Arab. Banyak orang mengatakan “Mempertahankan kemenangan lebih sulit dibandingkan mencetak kemenangan” untuk dapat mempertahankan kemenangan pastinya setiap orang harus selalu rendah hati dan tidak meremehkan orang lain
  2. “Selalu ada hikmah dari setiap kejadian”. Kekalahan Mesir dan negara Arab lain pada perang Enam Hari 1967 membuat negara Arab bersatu untuk melawan Israel yang telah merampas hak mereka.
  3. Mesir dan Negara-negara Arab yang lain telah berhasil membuktikan pada dunia bahwa tidak ada yang tidak bisa dilakukan jika ada tekat, usaha dan doa yang kuat. Bahkan Israel yang sulit dikalahkan pun dapat dikalahkan oleh Mesir dan negara-negara Arab dengan persatuan dan kerjasama yang kuat.




[1] Ujang Wahyudu W & Idjang Tjarsono, MOTIVASI SURIAH MEREBUT KEMBALI DATARAN TINGGI GOLAN DARI ISRAEL (Pekan Baru: Kampus Bina Widya ,2009), hlm 6 diakses dari , jom.unri.ac.id, http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/download/2411/2352, 21 April 2017 pukul 7.55 WIB
[2] Sakti Ika Handayani, PERANG YOM KIPPUR TAHUN 1973 [skripsi] (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010), hlm. 30 diakses dari lib.ui.id, http://lib.ui.id/file?file=digital/20160802-RB07S31p-Perang%20yom.pdf, 21 April 2017 pukul 7.55 WIB
[3] Synagoge adalah nama tempat peribadatan umat Yahudi, atau bisa juga disebut sebagai gereja, lihat : PERANG YOM KIPPUR TAHUN 1973 [skripsi] sakti Ika Handayani hlm 31
[4] Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 31
[5] Ibid, hlm 31
[6] Ujang Wahyudu W & Idjang Tjarsono, op. cit. hlm 8
[7] Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 32
[8] Nino Otorino, Konflik Bersejarah PERANG DEMI PERDAMAIAN: Kisah Yom Kippur 1973 (Jakarta:Elex Media Komputindo,2014), hlm ix
[9] Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 48
[10] Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 48
[11] Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 50
[12] Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 50