Perang Yom
Kippur : Peristiwa Berdarah dibulan Suci
Menjelang
berakhirnya abad ke-20, dunia digemparkan oleh suatu peristiwa berdarah yang melibatkan beberapa
negara untuk memperebutkan wilayah yang dianggap strategis, wilayah itu adalah
Dataran Tinggi Golan. Dataran Tinggi Goldan terletak di kawasan
Gunung Hermon, kawasan tersebut merupakan suatu kawasan yang terletak pada
titik dipertemukan nya tiga Negara yaitu Israel, Suriah dan Libanon. Dengan posisi dataran tinggi Golan
yang tepat berada di titik perbatasan 3 negara tersebut, Suriah sangat beruntung
jika dapat merebut kembali Dataran Tinggi Golan dari Israel dikarenakan Dataran
Tinggi Golan merupakan wilayah berbukitbukit yang lembahnya menghadap ke Israel
dan memiliki puncak menghadap ke Libanon.[1] Letak
Dataran Tinggi Goldan yang strategis memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap strategi militer Suriah dalam memperhatankan diri dan melakukan
perlawanan terhadap negara Israel.
A. Perang Yom Kippur
Perang
Yom Kippur merupakan perang yang melibatkan Negara Arab yang dipimpin Mesir dan
Suriah melawan Israel tepat pada saat hari suci umat Yahudi. Yom Kippur adalah
hari suci umat Yahudi, hari libur besar masyarakat Israel.[2]
Yom Kippur merupakan hari pengampunan dosa umat Yahudi, pada hari tersebut
masyarakat yahudi pergi ke Synagoge[3]
untuk beribadah. Perayaan Yom Kippur tahun 1973, dimanfaatkan oleh Mesir
dan Suriah untuk menyerang Israel untuk merbut kembali Semenanjung Sinai dan
Dataran Tinggi Golan. Perang ini berlangsung tanggal 6-26 oktober 1973. Perang
yang berlangsung selama dua puluh hari ini memiliki nama yang berbeda
dimasing-masing negara yang terlibat peperangan tersebut.
Mesir menamakan perang tersebut sebagai
perang Ramadhan, karena perang tersebut terjadi bertepatan dengan bulan suci
Ramadhan. Operasi tersebut nampaknya memang menanamkan dimensi agama dalam
perang itu dengan menamakan pasukan Mesir sebagai Operasi Shalahuddin.[4]
Hal tersebut dilakukan untuk mengingatkan tentara Mesir pada pemimpin Perang
bangsa Arab Shalahuddin yang menghancurkan tentara Eropa saat Perang Salib.
Syria menamakan Perang ini dengan nama
Perang Badr karena terjadi pada saat bulan purnama.[5]
Walaupun memiliki sebutan yang berbeda-beda, perang ini lebih dikenal dengan
perang Yom Kippur karena perang ini
adalah perang yang sangat berarti baik dari pihak Arab maupun Israel.
B.
Faktor
terjadinya perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur adalah perang yang
sangat berkesan khususnya bagi negara-negara yang terlibat dalam perang itu.
Perang ini terjadi bukan tanpa alasan, ada faktor-faktor yang mendorong
terjadiya perang tersebut. Namun, faktor yang mendasari terjadi perang tersebut
adalah keinnginan Mesir untuk membalas kekalahannya saat Perang Enam Hari (Six Day-War 1967) dan keinginan Suriah mengambil kembali Dataran
Tinggi Golan yang direbut oleh Israel saat Perang Enam Hari pula.
Kekalahan bangsa Arab saat berhapan dengan
Israel pada Perang Enam Hari ternayata meninggalkan kesan dan luka yang
mendalam. Namun, bangsa Arab tidak terus menerus terpuruk dalam kesedihan.
Terdapat hikmah dari kekalahan tersebut, karena kekalahan bangsa Arab pada
Perang Enam Hari membuat persatuan bangsa Arab semakin erat.
C.
Jalannya
Perang
Tanggal 6 Oktober 1973, Mesir &
Suriah melakukan serangan mendadak secara serentak ke wilayah perbatasan
Israel.[6]
Dalam Minggu pertama peperangan, Israel mengalami banyak kekgagalan dalam
melaksanakan serangan balik, keadaannya tentaranya pun semakin memburuk setiap
harinya.
Persiapan Mesir dalam perang Yom Kippur
ini dapat dikatakan cukup matang dalam penyerangan awal. Mesir telah
merencanakan serangan jarak dekat dua hari sebelum perang Yom Kippur. Rencana
ini sebenarnya sudah tercium oleh Mossad, Badan Intelijen Israel. Sayangnya
himbauan Mossad tidak dipertimbangkan lebih lanjut oleh para petinggi Israel.[7]
Para petinggi Israel itu terkecoh dengan pemberitaan bahwa Mesir tidak akan
dapat mengalahkan Israel.
Penggunaan embargo minyak sebagai sebuah
senjata pollitik oleh negara-negara Arab
-suatu aksi bersama pertama dalam hal
itu- megubah konflik regional menjadi sebuah konflik. global yang melibatkan
seluruh Eropa Barat dan Jepang maupun Amerika Serikat.[8]
Penggunaan embargo minyak tersebut menyebabkan krisis energy, harga minyak pun
melambung tinggi. Hal ini tentu membuat resah negara-negara Industri pada saat
itu.
Dalam perang ini sangat banyak kerugian
yang dirasakan oleh negar-negara yang terlibat. Secara total ada 2.688 tentara
Israel yang tewas dan kurang lebih 7.000 orang cedera, 314 tentara Israel
dijadikan tawanan perang dan puluhan tentara Israel hilang (17 di antaranya
bahkan sampai tahun 2003 belum ditemukan). Tentara Israel kehilangan 102 pesawat
tempur dan kurang lebih 800 tank. Di sisi Mesir dan Suriah 35.000 tentara tewas
dan lebih dari 15.000 cedera. 8300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir
kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135.
D.
Dampak
Perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur pada akhirnya
dimenangkan oleh Israel. Namun demikian, dunia tetap melihat Mesir sebagai
pemenang perang Yom Kippur. Hal tersebut dikarenakan Israel dianggap telah
terperdaya oleh kemenangannya sebelumnya sehingga tidak dapat menahan
serangangan Mesir dan Suriah.
Berakhirnya perang Yom Kippur ditandai
dengan adanya Resolusi Dewan Keamanan PBB No.338 mengenai gencatan senjata.[9]
Pertama, menghimbau kepada semua pihak yang sekarang sedang berperang untuk
menghentikan kegiatan tembak-menembak dan segera mengakhiri semua kegiatan
militer, tidak melewati batas waktu 12 jam setelah disahkannya keputusan ini di
tempat-tempat yang mereka duduki sekarang. Kedua, menghimbau kepada pihak-pihak
yang terlibat untuk menghentikan tembak menembak segera setelah dilaksanakannya
Resolusi Dewan Keamanan Nomer 242 (pada Perang Enam Hari) tentang gencatan
senjata dan semua bagiannya. Ketiga, memutuskan bahwa, segera dan beramaan
dengan gencatan senjata, negosiasi-negosiasi akan segera dimulai antara pihak-pihak
yang terkait dengan perlindungan yang tepat untuk menegakkan perdamaian yang
adail dan abadi di Timur Tengah.[10]
Keberhsilan serangan yang dilakukan oleh
Mesir ini membuat nama Anwar Sadat sebagai pengagas perang Yom Kippur
melambung. Pasalnya, keberhasilan dalam perang Yom Kippur membuat dunia
bersimpati terhadap negara-negara Arab khusus masyarakat Mesir dan Suriah.
Prestasi tersebut merupakan kemenangan
psikologis bagi dunia Arab yang hampir kehilangan kepercayaan diri pada Perang
Enam Hari.[11]
Dunia Arab berhasil membuktikan bahwa
tidak ada yang tidak mungkin dilakukan, termasuk mengalahkan Israel. Persaan senang karena kemenangan
ini tentunya merupakan hasil dari usaha
Mesir dan Suriah dalam Perang Yom Kippur.
Walaupun kalah dalam segi militer, namun
prestise Mesir di dunia Arab mulai berubah. Opini msyarakat dunia mulai beralih
menjadi pro-Mesir dan simpati PBB pada Israel mulai memudar.[12]
Mesir dan dunia semakin gencar melakukan perlawanan terhadap imperialisme dan
kolonialisme termasuk melawan Israel. Namun, perjuangan-perjuanan fisik melawan
Israel mengahbiskan banyak waktu, biaya dan tenaga serta menimbulkan
kesengasaraan untuk negara-negara peperangan. Sehingga Anwar Sadat menghubungi
Amerika untuk mengambil jalan damai dalam penelesaian permasalahan ini.
E.
Pesan
Moral dari perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur adalah perang yang
Istimewa. Peristiwa berdarah di bulan suci, mengapa demikian? tentu saja karena
perang tersebut terjadi di bulan suci. Hari Yom Kippur(penghapusan dosa) ,hari
orang zionis untuk beribadah. Sekaligus bulan suci Ramadhan untuk umat Islam,
bulan yang selalu dinantikan, bulan yang penuh rahmat untuk umat Islam.
Banyak pesan moral serta pelajaran yang
dapat diambil dari peristiwa ini. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
- Israel terlalu terbuai oleh kemenangannya dimasa lalu sehingga menimbulkan rasa tinggi hati atau meremehkan negara-negara Arab. Banyak orang mengatakan “Mempertahankan kemenangan lebih sulit dibandingkan mencetak kemenangan” untuk dapat mempertahankan kemenangan pastinya setiap orang harus selalu rendah hati dan tidak meremehkan orang lain
- “Selalu ada hikmah dari setiap kejadian”. Kekalahan Mesir dan negara Arab lain pada perang Enam Hari 1967 membuat negara Arab bersatu untuk melawan Israel yang telah merampas hak mereka.
- Mesir dan Negara-negara Arab yang lain telah berhasil membuktikan pada dunia bahwa tidak ada yang tidak bisa dilakukan jika ada tekat, usaha dan doa yang kuat. Bahkan Israel yang sulit dikalahkan pun dapat dikalahkan oleh Mesir dan negara-negara Arab dengan persatuan dan kerjasama yang kuat.
[1]
Ujang Wahyudu W & Idjang Tjarsono, MOTIVASI
SURIAH MEREBUT KEMBALI DATARAN TINGGI GOLAN DARI ISRAEL (Pekan Baru: Kampus
Bina Widya ,2009), hlm 6 diakses dari , jom.unri.ac.id,
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/download/2411/2352, 21 April 2017 pukul 7.55 WIB
[2]
Sakti Ika Handayani, PERANG YOM KIPPUR
TAHUN 1973 [skripsi] (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010), hlm. 30
diakses dari lib.ui.id, http://lib.ui.id/file?file=digital/20160802-RB07S31p-Perang%20yom.pdf, 21 April 2017 pukul 7.55 WIB
[3] Synagoge adalah nama tempat peribadatan umat Yahudi,
atau bisa juga disebut sebagai gereja, lihat : PERANG YOM KIPPUR TAHUN 1973 [skripsi] sakti Ika
Handayani hlm 31
[4]
Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 31
[5]
Ibid, hlm 31
[6]
Ujang Wahyudu W & Idjang Tjarsono, op. cit. hlm 8
[7]
Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 32
[8]
Nino Otorino, Konflik Bersejarah PERANG
DEMI PERDAMAIAN: Kisah Yom Kippur 1973 (Jakarta:Elex Media Komputindo,2014), hlm
ix
[9]
Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 48
[10]
Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 48
[11]
Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 50
[12]
Sakti Ika Handayani, op. cit. hlm 50