Kamis, 26 Desember 2019

Review Buku “Mei Merah 1998 : Kala Arwah Berkisah”


Review Buku “Mei Merah 1998 : Kala Arwah Berkisah”

sumber: https://www.gramedia.com/products/mei-merah-1998


Judul Asli                    : Mei Merah 1998
Penulis                         : Naning Prawoto
Penerbit                       : Buku Obor
Tahun terbit                 : 2018
Jumlah Halaman          : 218 halaman
Harga                          : Rp80.000

            Mei Merah 1998 : Kala Arwah Berkisah merupakan sebuah karya sastra yang terinspirasi oleh Peristiwa Mei 1998. Secara umum, pada bulan Mei 1998 terjadi suatu peristiwa yang cukup menggemparkan di Indonesia. Saat itu masyarakat asli Indonesia melakukan penyerangan terhadap masyarakat keturunan Tionghoa. Peristiwa tersebut tentunya meninggalkan kesan tersendiri bagi orang-orang yang terlibat baik sebagai korban maupun saksi mata. Penulisnya sendiri merupakan seseorang yang telah lama berkecimbung didunia sastra, Naning Pranoto.
            Pada bagian sampul terdapat gambar seorang wanita dengan pakaian terkoyak yang mengapung diatas air berwarna merah. Seperti judul nya “Mei Merah” air berwarna merah ini seakan-akan menggambarkan kolam darah yang tercipta karena peristiwa berdarah tahun 1998 silam. Sedangkan wanita yang terhanyut diatas air menggambarkan tokoh utama dalam buku ini. Wanita itu bernama Humaira, ia adalah seorang perempuan keturunan tionghoa yang menjadi korban peristiwa Mei 1998.
            Hal yang unik dalam Novel ini adalah tokoh utama, Humaira bukanlah sosok yang masih hidup. Ia meninggal setelah melahirkan seorang anak buah dari pemerkosaan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab pada Mei 1998. Alur yang digunakan penulis dapat dikatakan alur gabungan (maju-mundur). Bagian awal menceritakan ruh Humaira yang tidak tenang (bergentayangan) karena ada urusan dunianya yang belum selesai. Disisi lain, diceritakan pula Luk-Luk, ia adalah anak Humaira yang dirawat oleh keluarga baik-baik. Karena suatu alasan, ia tahu bahwa ia bukan anak kandung orang tuanya. Kemudian, ia kabur dari rumah untuk mencari ibu kandungnya.
            Buku ini kemudian menceritakan kepada pembaca bagaimana perjalanan Luk-luk dalam mencari ibu kandungnya. Diceritakan dengan berbagai sudut pandang yang berbeda namun akan menjadi satu garis yang sama. Latar peristiwa digambarkan dengan detail sehingga pembaca dapat berimajinasi dengan baik. Bahkan, saya sempat terbawa suasana saat membaca buku ini. Penggunaan bahasa yang tegas dan berani juga patut diapresiasi.
            Buku bercover merah dan sederhana ini, menggunakan Book Paper dengan ukuran A5. Dengan demikian, pembaca tidak akan cepat lelah saat memabaca buku ini selain itu, ukuran standar seperti buku-buku pada umumnya. Kelebihan lain dari buku ini adalah kisahnya terinspirasi dari sejarah Indonesia tahun 98 sehingga bagi penggemar karya karya nonfiksi buku ini menarik untuk dibaca.

Referensi : Pranoto Naning. 2018. Mei Merah 1998 : Kala Arwah Berkisah. (Jakarta: Yayasan Obor)



Kamis, 28 November 2019

Review Buku “Perempuan di Titik Nol”


Review Buku “Perempuan di Titik Nol”
oleh
Titi Indah Larasati

Dokumentasi Penulis  

Judul Asli                    : Women At Zero
Judul Terjemahan        : Perempuan di Titik Nol
Penulis                         : Nawal el-Saadawi
Penerbit                       : Buku Obor
Tahun terbit                 : cet.1 1989; cet.2 2018
Jumlah Halaman          : 176 halaman
Harga                           : Rp 55.000,-

  
  Karya berjudul “Perempuan di Titik Nol” ini merupakan salah satu karya sastra Arab yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia pada tahun 2018 silam. Penulisnya adalah seorang perempuan Mesir yang berprofesi sebagai Dokter. Karya ini memberikan informasi mengenai perjuangan perempuan Mesir untuk merebut kedudukan dan hak-hak yang sama, perjuangan mendapat perubahan-perubahan nilai dan sikap kaum lelaki Mesir terhadap perempuan, masih belum sepenuhnya tercapai.

            Buku karya Nawal el-Saadawi ini menceritakan kisah seorang wanita yang lebih memilih manjalani hukuman mati daripada meminta grasi dan mengakui kesalahan yang menurutnya tak pernah ia lakukan. Perempuan itu bernama Firdaus, menceritakan kisahnya pada penulis sembari menunggu pelaksanaan hukuman matinya. Bahasa yang lugas dan berani adalah salah satu kelebihan yang dimiliki penulis dalam menceritrakan kisah wanita itu.

            Penggunaan bahasa yang lugas dan berani tanpa menhilangkan nilai estetika membuat pembaca terhanyut pada kisah yang disajikan. Buku ini menggambarkan situasi Mesir yang kala itu dapat dikatakan “kolot”. Masalah nilai-nilai tradisional, seperti kedudukan dan hak-hak wanita, baik ditengah masyarakat, maupun dalam hubungan langsung antara laki-laki dan perempuan secara sosial dan juga pribadi, baik didalam maupun diluar hubungan perkawinan. Bagi beberapa orang, buku ini dapat merubah pola pikir serta memberi wawasan baru khususnya dalam isu-isu gender.

            Buku bercover merah dan sederhana ini, menggunakan Book Paper dengan ukuran 11 x 17 cm. Dengan demikian, pembaca tidak akan cepat lelah saat memabaca buku ini selain itu, ukuran yang cukup minimalis ini, buku ini mudah untuk dibawa dan tidak memerlukan banyak tempat untuk menyimpannya. Kelebihan lain dari buku ini adalah kisahnya diangkat dari kisah nyata sehingga bagi penggemar karya karya nonfiksi buku ini sangat menarik untuk dibaca. Kekurangan buku ini menurut saya adalah covernya yang kurang menarik dan terlalu sederhana.

Referensi : el-Saadawi, Nawal. 2018. Perempuan di Titik Nol. (Jakarta: Yayasan Obor)