Senin, 22 April 2024
Sabtu, 20 April 2024
Kamis, 21 Maret 2024
Minggu, 17 Maret 2024
Filosofi Pendidikan Indonesia: Aksi Nyata Topik 3
Penghargaan dan Penghayatan Kebhinnekatunggalikaan
SMA N 2 Yogyakarta
Titi Indah Larasati – 231315069
Nilai Kebhinnekatunggalikaan merupakan
salah satu nilai yang menjadi ciri khas atau Identitas Bangsa Indonesia. Maka,
penting bagi institusi pendidikan untuk menginternalisasi kan nilai tersebut
dengan simbol atau kegiatan yang ada di sekolah baik di lingkungan maupun dalam
proses pembelajaran. Selama mengikuti PPL 1 PPG Prajabatan di SMA N 2 Yogyakarta,
saya menemukan beberapa hal yang menjadi simbol atau kegiatan di sekolah sebagai
bentuk penghargaan dan penghayatan terhadap Kebhinnekatunggalikaan Bangsa
Indonesia baik dalam ekosistem maupun dalam proses pembelajaran. Hasil
observasi saya mengenai simbol atau kegiatan di sekolah sebagai bentuk
penghargaan dan penghayatan terhadap Kebhinnekatunggalikaan Bangsa Indonesia
saya rangkum sebagai berikut.
1. Kegiatan
Upacara Bendera
Kegiatan upacara bendera dilakukan setiap
hari senin pagi. Rangkaian kegiatan upacara bendera berisi pembacaan UUD 1945, Pancasila,
Pengibaran Bendera dan lain sebagainya merupakan salah satu cara yang dilakukan
untuk menginternalisasikan kesatuan dan kebanggaan Nasional. Sedangkan, Bendera
Merah Putih merupakan simbol kebhinnekaan di Sekolah.
2. Penggunaan
Busana Gaggrak Hadiningrat
Gaggrak Hadiningrat merupakan bagian dari
warisan budaya Jawa yang kaya dan beragam. Dalam konteks kebhinnekaan,
penggunaan busana ini mencerminkan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya
di Indonesia, dengan mengakui kontribusi budaya Jawa sebagai salah satu bagian
dari kekayaan budaya Nasional. Penggunaan Busana Gaggrak Hadiningrat merupakan
salah satu cara pemerintah DIY untuk mengenalkan dan menumbuhkan rasa bangga
terhadap kebudayaan DIY.
3. Sesi
Keagamaan
Pelaksanaan sesi keagamaan di SMA N 2
Yogyakarta dilakukan pada Jum’at pagi setiap satu bulan sekali. Kegiatan ini
dilakukan dengan mengelompokkan peserta didik berdasarkan agama atau
kepercayaannya masing-masing kemudian melaksanakan kegiatan kerohanian seperti
membaca kitab bersama kelompoknya. Kegiatan ini menurut saya juga merupakan
bentuk penghargaan terhadap keragaman atau kebhinnekaan peserta didik di SMA N
2 Yogyakarta.
4. Budaya
5S (Senyum, sapa, salam, sopan dan santun)
Budaya 5S dapat dianggap sebagai simbol kebhinnekaan karena mencerminkan nilai-nilai universal yang penting dalam interaksi sosial di berbagai budaya di Indonesia. Melalui penerapan nilai-nilai ini, kita dapat memperkuat solidaritas dan persatuan dalam kerangka keanekaragaman budaya yang ada.
Penghayatan nilai-nilai pancasila di
sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam memperkuat identitas manusia
Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sekolah memiliki peran yang
penting dalam memberikan pendidikan karakter pada peserta didik. Sekolah dapat
menggunakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar untuk mengembangkan pendidikan
karakter. Hal ini, telah coba di realisasikan oleh pemerintah melalui kurikulum
merdeka dan kegiatan P5 di Sekolah termasuk SMA N 2 Yogyakarta. Contoh lain,
mengenai penghayatan nilai-nilai pancasila di sekolah adalah pelaksanaan budaya
5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun) Indonesia sebagai salah satu bangsa yang
lekat dengan budaya ketimuran, ramah dan santun perlu terus melestarikan budaya
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan budaya 5S, peserta didik
dibiasakan untuk dapat bertutur dan berlaku santun agar dalam bermasyarakat dan
apabila menghadapi perbedaan peserta didik dapat menyikapi nya dengan cara yang
baik.
Secara spesifik, penerapan
nilai-nilai Pancasila di SMA N 2 Yogyakarta dapat dilihat dari kegiatan warga
sekolah diluar maupun di dalam kelas. Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, diimplementasikan
dalam kegiatan keagamaan seperti ekstrakulikuler keagamaan dan perayaan hari besar
keagamaan. Kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, tercermin pada sikap saling
menghargai, tolong menolong, dan saling menghormati satu sama lain. Ketiga,
Persatuan Indonesia, diimplementasikan melalui kegiatan upacara bendera.
Keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, tercermin melalui
kegiatan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan serta pemilihan ketua OSIS
di sekolah. Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, terlihat dari
kebijakan sekolah memberikan subsidi pendidikan (beasiswa) kepada peserta didik
yang memiliki kendala ekonomi. Demikianlah, penerapan nilai-nilai Pancasila di
SMA N 2 Yogyakarta. Melalui penerapan nilai-nilai Pancasila tersebut harapannya
peserta didik dan warga sekolah mampu memperkuat identitasnya sebagai manusia
Insonesia.
Kamis, 07 Maret 2024
Rabu, 06 Maret 2024
Sabtu, 06 Januari 2024
Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan Indonesia
Dinamika dunia pendidikan Indonesia baik pada masa sebelum atau sesudah kemerdekaan tidak dapat dilepaskan dari peran transformasi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli Soewardi Soerjaningrat, seorang revolusioner pendidikan Indonesia melalui konsep “Taman Siswa”. Berangkat dari keresahan mengenai kondisi pendidikan Indonesia, Taman Siswa menjadi konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai solusi dari pendidikan yang tidak ideal terutama pada masa penjajahan Belanda atau sebelum kemerdekaan.
Sebelum Indonesia merdeka, Pendidikan di Indonesia masih lekat dengan
pengaruh kolonial Belanda. Sistem pendidikan cenderung eksklusif yang untuk
kalangan tertentu saja dan terbatas hanya untuk kepentingan kolonial, yakni
membantu bisnis kolonial. Melalui Keputusan Raja Belanda Nomor 95 tahun
1848, lahir Sekolah Bumi Putra, tujuannya utamanya
adalah untuk mendidik calon-calon pegawai negeri
Ki Hadjar Dewantara melalui Taman Siswa, merespon diskriminasi pendidikan
tersebut dengan merancang sistem pendidikan yang lebih inklusi dan dapat
mengakomodasi seluruh lapisan masyarakat. Konsep pendidikan yang ditawarkan
oleh Ki Hadjar Dewantara adalah Pendidikan Holistik yang mencakup aspek fisik,
mental, jasmani dan rohani. Hal ini mencerminkan pemahamannya mengenai
kompleksitas manusia dan kebutuhan mereka untuk berkembang secara menyeluruh
untuk menjadi pribadi yang utuh. Dengan pendidikan yang holistik, diharapkan
seorang individu dapat menentukan identitas, makna dan tujuan hidup.
Selain konsep pendidikan holistik, pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam
bidang pendidikan adalah sistem among yang meliputi dua konsep dasar yakni
kodrat alam dan kemerdekaan. Manusia sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat
dengan kodrat alam ini. Sedangkan kemerdekaan mengandung arti kebebasan untuk
mengatur dirinya sendiri dengan syarat tertib damai dalam bermasyarakat.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, konsep Taman Siswa semakin mendalam
dan melekat dalam pembentukan dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia.
Prinsip pendidikan yang gagas oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi bagian dalam
perumusan kebijakan pendidikan Nasional. Hal ini dapat dicermati melalui UUD
1945 yang mencerminkan semangat Taman Siswa dengan menegaskan bahwa pendidikan
adalah hak setiap warga negara. Namun demikian, dalam perjalanannya
transformasi Ki Hadjar Dewantara juga menemui tantangan. Salah satunya adalah
menyelaraskan berbagai sistem pendidikan yang memiliki kekhasan masing-masing
di setiap daerah Indonesia. Hal ini menjadi sesuatu yang dapat dipastikan akan
terjadi karena kebhinnekaan Indonesia.
Hingga saat ini, konsep pendidikan yang di perjuangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara masih relevan untuk pendidikan Indonesia. Sebagai contoh,
implementasi merdeka belajar dan kurikulum merdeka. Dengan konsep merdeka
belajar, peserta didik digali dan dikembangkan potensinya melalui berbagai
upaya dan pertimbangan agar dapat meraih kebebasan dalam belajar. Mendikbud
juga mengeluarkan empat kebijakan baru berkaitan dengan merdeka belajar
diantaranya Pertama, ujian sekolah berstandar nasional digantikan dengan
assessment oleh pihak sekolah. Kedua, ujian nasional diubah menjadi
assessment kompetisi minimum survei meliputi (karakter, numerasi dan literasi).
Ketiga, penyederhanaan sistem RPP, sehingga guru dapat lebih fokus
kepada siswa. Keempat, penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem
zonasi diperluas sehingga dapat memeratakan akses pendidikan.
Kesimpulan, Gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara melalui Taman Siswa
memberikan kontribusi dalam perkembangan pendidikan Indonesia. Pemikiran
mengenai pendidikan holistik, inklusif dan relevan tidak hanya merespon
tantangan pendidikan masa lalu dan menjadi fondasi untuk pendidikan Nasional
Indonesia. Program merdeka belajar, dan kebijakan pendidikan mengenai merdeka
belajar menjadi salah satu bukti relevansi gerakan transformasi Ki Hadjar
Dewantara.
Referensi
Ainia, D. K. (2020). Merdeka Belajar dalam Pandangan
Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Journal
Filsafat Indonesia, Vol 3 No 3, 95-101.
Makmur, D., Haryono, P. S., &
Sukri Musa, H. S. (1993). Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman
Penjajahan. Jakarta: CV. Manggala Bhakti.
Nurhalita, N., & Hudaidah.
(2021). Relevansi Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara pada Abad ke 21. Jurnal
Ilmu Pendidikan Volume 3 Nomor 2, 298 - 303.
-
Titi Indah Larasati Pendidikan yang kita rasakan saat ini, tidak dengan mudah bisa kita dapatkan. Apabila melihat jauh ke belakang, dapat ...
-
Titi Indah Larasati Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, seorang guru harus memiliki perangkat pembelajaran agar k...
-
Review Buku “Mei Merah 1998 : Kala Arwah Berkisah” sumber: https://www.gramedia.com/products/mei-merah-1998 Judul Asli ...