Dinamika dunia pendidikan Indonesia baik pada masa sebelum atau sesudah kemerdekaan tidak dapat dilepaskan dari peran transformasi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli Soewardi Soerjaningrat, seorang revolusioner pendidikan Indonesia melalui konsep “Taman Siswa”. Berangkat dari keresahan mengenai kondisi pendidikan Indonesia, Taman Siswa menjadi konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai solusi dari pendidikan yang tidak ideal terutama pada masa penjajahan Belanda atau sebelum kemerdekaan.
Sebelum Indonesia merdeka, Pendidikan di Indonesia masih lekat dengan
pengaruh kolonial Belanda. Sistem pendidikan cenderung eksklusif yang untuk
kalangan tertentu saja dan terbatas hanya untuk kepentingan kolonial, yakni
membantu bisnis kolonial. Melalui Keputusan Raja Belanda Nomor 95 tahun
1848, lahir Sekolah Bumi Putra, tujuannya utamanya
adalah untuk mendidik calon-calon pegawai negeri
Ki Hadjar Dewantara melalui Taman Siswa, merespon diskriminasi pendidikan
tersebut dengan merancang sistem pendidikan yang lebih inklusi dan dapat
mengakomodasi seluruh lapisan masyarakat. Konsep pendidikan yang ditawarkan
oleh Ki Hadjar Dewantara adalah Pendidikan Holistik yang mencakup aspek fisik,
mental, jasmani dan rohani. Hal ini mencerminkan pemahamannya mengenai
kompleksitas manusia dan kebutuhan mereka untuk berkembang secara menyeluruh
untuk menjadi pribadi yang utuh. Dengan pendidikan yang holistik, diharapkan
seorang individu dapat menentukan identitas, makna dan tujuan hidup.
Selain konsep pendidikan holistik, pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam
bidang pendidikan adalah sistem among yang meliputi dua konsep dasar yakni
kodrat alam dan kemerdekaan. Manusia sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat
dengan kodrat alam ini. Sedangkan kemerdekaan mengandung arti kebebasan untuk
mengatur dirinya sendiri dengan syarat tertib damai dalam bermasyarakat.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, konsep Taman Siswa semakin mendalam
dan melekat dalam pembentukan dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia.
Prinsip pendidikan yang gagas oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi bagian dalam
perumusan kebijakan pendidikan Nasional. Hal ini dapat dicermati melalui UUD
1945 yang mencerminkan semangat Taman Siswa dengan menegaskan bahwa pendidikan
adalah hak setiap warga negara. Namun demikian, dalam perjalanannya
transformasi Ki Hadjar Dewantara juga menemui tantangan. Salah satunya adalah
menyelaraskan berbagai sistem pendidikan yang memiliki kekhasan masing-masing
di setiap daerah Indonesia. Hal ini menjadi sesuatu yang dapat dipastikan akan
terjadi karena kebhinnekaan Indonesia.
Hingga saat ini, konsep pendidikan yang di perjuangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara masih relevan untuk pendidikan Indonesia. Sebagai contoh,
implementasi merdeka belajar dan kurikulum merdeka. Dengan konsep merdeka
belajar, peserta didik digali dan dikembangkan potensinya melalui berbagai
upaya dan pertimbangan agar dapat meraih kebebasan dalam belajar. Mendikbud
juga mengeluarkan empat kebijakan baru berkaitan dengan merdeka belajar
diantaranya Pertama, ujian sekolah berstandar nasional digantikan dengan
assessment oleh pihak sekolah. Kedua, ujian nasional diubah menjadi
assessment kompetisi minimum survei meliputi (karakter, numerasi dan literasi).
Ketiga, penyederhanaan sistem RPP, sehingga guru dapat lebih fokus
kepada siswa. Keempat, penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem
zonasi diperluas sehingga dapat memeratakan akses pendidikan.
Kesimpulan, Gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara melalui Taman Siswa
memberikan kontribusi dalam perkembangan pendidikan Indonesia. Pemikiran
mengenai pendidikan holistik, inklusif dan relevan tidak hanya merespon
tantangan pendidikan masa lalu dan menjadi fondasi untuk pendidikan Nasional
Indonesia. Program merdeka belajar, dan kebijakan pendidikan mengenai merdeka
belajar menjadi salah satu bukti relevansi gerakan transformasi Ki Hadjar
Dewantara.
Referensi
Ainia, D. K. (2020). Merdeka Belajar dalam Pandangan
Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Journal
Filsafat Indonesia, Vol 3 No 3, 95-101.
Makmur, D., Haryono, P. S., &
Sukri Musa, H. S. (1993). Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman
Penjajahan. Jakarta: CV. Manggala Bhakti.
Nurhalita, N., & Hudaidah.
(2021). Relevansi Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara pada Abad ke 21. Jurnal
Ilmu Pendidikan Volume 3 Nomor 2, 298 - 303.